Perkembangan pasar telekomunikasi seluler Indonesia saat ini telah menggeser strategi pemasaran dari sekadar "perang tarif telepon murah" menjadi “layanan data” atau tarif internet yang relatif murah.
Menurut Senior Consultant Information and Communication Technologies Frost & Sullivan Indonesia, Iwan Rachmat, kini operator seluler di Indonesia tak lagi hanya menjual jangkauan jaringan sebagai 'jualan' utamanya, melainkan lebih kepada penetapan tarif yang menarik.
"Jangkauan jaringan telah menjadi faktor umum dimana semua operator telah memiliki jaringan nasional," jelas Iwan lewat keterangan tertulis yang diterima VIVAnews.com Sabtu 9 April 2011.
Iwan menambahkan, tahun 2010 lalu telah menjadi tonggak baru bagi industri telekomunikasi Indonesia dimana harga layanandata-base seperti internet dan berbagai aplikasi diturunkan sehingga semakin terjangkau lewat berbagai program promosi yang ditawarkan.
"Seiring dengan fase perkembangan industri selular, layanan data-base telah berkembang menjadi sumber pertumbuhan baru dimana bisnis tradisional yang mengandalkan "suara" telah mengalami penurunan," jelasnya.
Tantangan yang dihadapi operator di masa mendatang, Iwan menjelaskan, adalah bagaimana mempromosikan layanan data-base secara komersial dan mengelola jaringan sehingga dapat memenuhi kebutuhan terhadap kapasitas akses yang tinggi dan mampu menjadi model bisnis yang menguntungkan.
Menurut dia,ksi operator-operator telekomunikasi pendatang yang menempuh strategi pemasarannya dengan mengurangi tarif, berujung pada penurunan pendapatan rata-rata per pelanggan (average revenues per user - ARPU).
Persaingan yang ketat itu telah memperluas pilihan bagi konsumen, memicu kecenderungan tingkat churn (atau berhenti berlangganan) yang besar. "Dengan demikian, retensi pelanggan telah menjadi tantangan paling berat yang dihadapi operator telekomunikasi saat ini."
Lebih jauh, Kepala Riset Frost & Sullivan, Jayashree Rajagopal mengatakan bahwa penentu keberhasilan perusahaan-perusahaan operator kini terletak pada bagaimana mereka dapat menarik pelanggan baru sembari mempertahankan pangsa pasar yang ada.
Dalam rangka meningkatkan skala operasi di negara-negara di mana mereka beroperasi, banyak pemain telekomunikasi besar telah mengkaji kemungkinan untuk bergabung dengan para pesaing yang lebih kecil.
"Akusisi strategis yang telah direncanakan dipastikan akan membantu mitra operator telekomunikasi untuk mengatasi berbagai tantangan pasar yang ada secara bersama-sama," ungkap Rajagopal.
Inovasi juga akan menjadi kunci utama dalam mengembangkan aplikasi dan layanan. "Kemitraan ini juga harus fokus pada penggabungan inovasi pada layanan yang dimiliki kedua belah pihak untuk meningkatkan pendapatan di pasar telekomunikasi."
Tahun lalu, dua operator CDMA PT Smart Telecom dan PT Mobile-8 Telecom merjer dan menyediakan layanan dengan satu nama bernama SmartFren. Sementara itu operator CDMA lain, Bakrie Telecom dan Telkom Flexi sempat menjajaki hal serupa, namun akhirnya rencana ini tidak terwujud.